Sunan
Kalijaga adalah figur penting dalam sejarah pembentukan karakter arif umat
Islam di tanah Jawa, dengan karakternya berwajah budaya, lentur, toleran,
berkeadilan dan berkeseimbangan. Sebagai salah satu anggota Walisongo, Sunan
Kalijaga adalah arsitek budaya Islam Jawa dan peletak dasar ideologi pendirian
Kesultanan Mataram. Sang Sunan juga adalah tokoh penting lintas generasi yang menjaga proses krusial transisi
kerajaan-kerajaan nusantara (Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram Islam).
Tumbuh sebagai tokoh ruhani yang mumpuni, juga seniman dengan penguasaan khazanah budaya yang mendalam dan memiliki proyeksi politik kebudayaan yang berkarakter. Melalui perjuangan Sunan Kalijaga pula, kebudayaan Indonesia menjadi penuh warna dan cahaya. Berakar pada sejarah dan tradisi sendiri, namun terbuka dan sensitif terhadap perkembangan zaman.
Tumbuh sebagai tokoh ruhani yang mumpuni, juga seniman dengan penguasaan khazanah budaya yang mendalam dan memiliki proyeksi politik kebudayaan yang berkarakter. Melalui perjuangan Sunan Kalijaga pula, kebudayaan Indonesia menjadi penuh warna dan cahaya. Berakar pada sejarah dan tradisi sendiri, namun terbuka dan sensitif terhadap perkembangan zaman.
Sunan
Kalijaga tidak hanya berupaya membenahi budaya yang ada, tetapi juga memberikan
tafsiran budaya tidak lepas dari imajinasi masyarakat pada masa itu. Lahirlah
naskah lakon-lakon wayang caragan sebagai salah satu tafsiran karya Sunan
Kalijaga. Rekuperasi (pemulihan) masyarakat melalui jalur budaya, menunjukkan
sikap arif Sang Sunan sebagai tokoh yang memahami sejarah masa lalu, masanya
dan masa yang akan datang. Dari seorang figur besar Sunan Kalijaga pula, tentu
kita telah mengetahui semangat perjuangannya menyebarkan nilai-nilai Islami ke
masyarakat melalui budaya, dengan semangat perjuangannya yang gigih dalam
melakukan gerakan sosiokultural-keagamaan. Semangat perjuangan dan kearifan
Sunan Kalijaga dalam menjaga kebudayaan bangsa inilah yang pada waktu itu
pernah dibahas pada seminar yang diselenggarakan oleh UIN Sunan Kalijaga. Baca http://uin-suka.ac.id/index.php/page/berita/detail/779/uin-sunan-kalijaga-seminarkan-kearifan-sunan-kalijaga-menjaga-kebudayaan-bangsa
Bhineka
Tunggal Ika, itulah simbol yang sering didengungkan masyarakat Indonesia,
artinya menggambarkan Indonesia terdapat berbagai budaya dan kearifan lokal di
setiap daerahnya. Sehingga wajah kehidupan masyarakat Indonesia pun tidak bisa
terlepas dari wajah budaya yang sangat beragam. Tentu wajah kebudayaan ini bisa
menjadi nilai tambahan yang sangat kuat bagi pembentukan karakter keislaman di
Indonesia. Karakter bangsa Indonesia akan menjadi kuat
apabila Islam dan kebudayaan di negeri ini bisa dikembangkan. Islam dan kebudayaan
bisa saling bersinergi dan bisa saling menguatkan. Inilah yang perlu ditanamkan ke
seluruh lapisan masyarakat, artinya karya-karya budaya asli daerah, tradisi dan
kesenian lokal sebagai kekayaan kebudayaan nusantara dikembangkan untuk
mendukung dakwah Islam dan gerakan keagamaan. Sehingga jalur kebudayaan dengan
mengedepankan dakwah islamiyah, akan menjadi karakter kuat bagi bangsa
Indonesia yang Islami.
Tentu
pernah kita ketahui dalam sejarah bahwa Sunan kalijaga memanfaatkan wayang
sebagai media dakwah Islamiyah di tanah Jawa. Budaya tidak harus semerta-merta
dihilangkan seluruhnya, akan tetapi dari sebagiannya tersebut bisa menguatkan
dakwah Islamiyah dengan disisipkan nilai-nilai keislaman didalamnya. Menelaah
kembali visi, pemikiran, kepribadian, dan kehidupan Sunan Kalijaga itu sendiri
yaitu berupaya membumikan Islam dengan pendekatan budaya, sehingga nilai-nilai
Islam benar-benar merasuk dan membudaya dalam perilaku masyarakat. Masyarakat
yang terbentuk adalah masyarakat yang terbangun jiwa raganya, seimbang
kesalehan ritual dan sosialnya dan sebanding antara semangat dan pemahaman
agamanya. Islam budaya adalah Islam yang tampil dalam kerja membudayakan
manusia yang mengambil Islam sebagai panutan.
Dengan
Islam dan budaya, manusia beriman berangkat dari pengembangan kedalaman,
sehingga tampilan luarnya menunjukkan kedewasaan perilaku dan kebebasan
berkreasi tanpa melewati batas-batas syariat yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Indikatornya yang terpenting adalah adanya keseimbangan antara
semangat beragama serta pemahamannya dengan kebudayaan dan kearifan lokal.
Islam dan budaya senantiasa menekankan pada sisi substansial ajaran Islam
ketimbang formalitasnya. Dalam bahasa Sunan Kalijaga, seorang muslim harus
mampu anglaras
ilining banyu angeli, ananging ora keli. Kurang lebih artinya yaitu "Menyesuaikan
mengalirnya air, sengaja mengikuti arus tapi jangan terbawa arus".
Ucapan Sunan Kalijaga itu artinya kurang lebih mengajak kita untuk
menyelaraskan diri dengan arus zaman, tapi jangan sampai terhanyut dalam arus
itu.
Memang,
terkadang kita temui orang-orang yang maunya hanya melawan arus, tapi lebih
sering kelelahan dan mati di tengah jalan, atau minimal berbalik arah sebab
tidak kuat menahan arus. Tipe yang kedua adalah mereka yang sejak awal selalu
cari aman, cari enaknya saja. Tipikal yang seperti ini susah untuk dijadikan
pelopor. Sunan Kalijaga pun jauh-jauh hari sudah berpesan pada kita, bahwa
zaman memang tidak bisa ditentang. Tapi kita harus punya prinsip, punya
pijakan. Sebab dengan itu, kita tidak bakal kebingungan menentukan arah. Menurut
Dr. Maharsi (Dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga) mengemukakan
bahwa pada masa sekarang umat Islam harus mampu mengikuti perkembangan sosial
budaya masyarakat global, didukung informasi dan teknologi yang terus
berkembang. Namun yang terpenting adalah masyarakat Indonesia harus mempunyai
pegangan agama, yakni; tauhid dan akhlaq sehingga tidak hanyut oleh
perkembangan dan kebebasan yang tak terbatas. Dari itu berkenaan dengan zaman
yang terus berkembang pesat sampai saat ini, teringat akan sebuah opini dari
seseorang akan kutipan pesan Sunan Kalijaga tersebut bahwa kutipan ini berkaitan dengan
globalisasi. Ikuti perkembangan iptek, tapi hindari dampak negatifnya. Jangan
ikut-ikutaan orang barat yang dengan teknologi itu membawa kehancuran pada
dunia jelsanya.
Pesan lain yang melengkapi pesan Sunan Kalijaga
yang telah dibahas diatas yaitu Uninga sucining gandaning Nabi, yaitu kurang lebih artinya
"Selalu ingat/sadar akan kesucian harum/ajaran Nabi".
Betapa indahnya pesan seorang figur besar dalam kejayaan Islam di tanah
Jawa. Pesannya tersebut mengingatkan kita bahwa jangan sekali lupa akan
kesucian dan keagungan ajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ini sebuah wanti-wanti
dari jauh hari akan gambaran perkembangan zaman yang begitu pesat dan umat
muslim tidak bisa menghindari pesatnya kemajuan zaman tersebut sampai dengan
era globalisasi ini. Sebagai umat muslim tentu harus tetap mengikuti
perkembangan zaman yang terus maju pesatnya, akan tetapi jangan sampai terbawa
arus negatifnya. Dengan dilengkapi sebuah pesan bahwa kita harus terus ingat
dan yakin akan kesucian dan keagungan ajaran kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tetaplah
berpegang teguh dengan ajaran-ajaranya, karena umat islam sejatinya nanti akan
dihadapkan banyak hal-hal negatif dengan seiring bergulirnya zaman. Mungkin apabila
mereka itu sendiri belum atau mungkin tidak memiliki prinsip dan karakter yang
kuat dalam hidupnya, akan sangat mudah terbawa arus akan hal-hal negatif di
sekelilngnya. Bagitulah perkiraan makna yang termuat dari pesan seoraang figur
besar Sunan Kalijaga yang terkenal akan kearifannya menjaga budaya bangsa
dengan mengdepankan nilai dakwah Islamiyah. Alangkah indahnya pesan Sunan
Kalijaga itu kalau kita bisa jalankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar