Diam membuat kita selamat dari kematian
Diam menolong kita agar tidak terkena musibah
Diam merupakan seni tarik suara yang paling mudah di dendangkan oleh semua
orang
الصُّمْتُ حِكْمَةٌ وَ قَلِيْلٌ فَاعِلُهُ
Artinya: “Diam itu adalah hikmah (Sunnah)
tetapi hanya sedikit yang melakukkannya”
Tetapi ketauhilah sobat !
Apabila kita belum mengetahui akan suatu hal, atau malah
diam pada saat kita tidak mengetahui akan suatu hal yang benar-benar belum diketahui,
itu merupakan ciri orang yang tidak tahu akan dirinya sendiri.
هَلَكَ امْرُوْءٌ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَهُ
“Celakahlah seseorang
yang tidak tahu akan dirinya sendiri”
Jadi diam pun memiliki makna, waktu dan
tempatnya sendiri. Dari itu Bijaksanalah.
Anjuran Menjaga Lisan
ليس
في الجسد مضغتان أطيب من القلب و اللسان إذا طابا و لا أخبث منهما إذا خبثا
“Tidak ada dalam jasad anggota tubuh yang lebih baik dari lidah dan hati bila keduanya baik, serta tidak ada yang
lebih busuk dari keduanya bila keduanya busuk.”
Lidah adalah dutanya hati, lidah merupakan cerminan hati, lidah tersimpan di dalam mulut, karena tugasnya adalah menerangkan apa-apa yang
tersembunyi di dalam hati kepada yang diluar. Berbeda dengan fungsi telinga dan mata yang mempunyai tugas untuk menangkap informasi yang berkembang di
luar untuk dimasukkan ke dalam hati dan fikiran. Kalau lidah terjulur keluar terus malah akan sangat menakutkan, karena itu jagalah lidah
sebagaimana Allah SWT telah menyembunyikannya, jangan dikeluarkan jikalau tidak benar-benar dibutuhkan.
Sebagai seorang muslim dan mu’min wajiblah bagi kita agar
senantiasa menjaga lidah. Mungkin kita akan menyesal satu kali penyesalan disebabkan tidak berbicara, namun pasti kita akan sering terus-menerus menyesal akibat kelepasan berbicara. Maka dari itu, jadikanlah ucapan itu hanya dua
macam saja, yaitu ucapan-ucapan yang bermanfaat dalam urusan dunia dan
ucapan-ucapan yang akan mengantarkan kita abadi
di akhirat kelak. Bukankah Allah SWT telah memerintahkan kita untuk selalu berkata dengan
sebaik-baiknya perkataan ?
قَوْلٌ
مَعْرُوْفٌ وَ مَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآ أَذَى وَ اللهُ
غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (Q.S Al-Baqarah: 263)
Pun dalam haditsnya, Rasulullah saw bersabda :
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله
وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (رواه
البخاري)
“Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam.” (H.R Bukhori)
Sungguh dari itu semua
telah kita ketahui betapa lisan dapat mengantarkan kita kepada kemuliaan hidup
di dunia dan mengantarkan kita ke surga-Nya. Juga sebaliknya kita pun
diingatkan bahwa lisan ini bisa manjadi bumerang yang sangat berbahaya apabila
kita tidak bisa menjaga dengan sebaik-baiknya penjagaan dan dapat mengantarkan
kita ke neraka yang merupakan seburuk-buruknya tempat kembali.
Dalam sebuah kisah, ada seorang ibu yang ditemui di Makkah
selalu berbicara dengan ayat-ayat al-Qur’an, ketika ditanya apa sebab ibu tersebut selalu melakukan yang demikian (berbicara dengan ayat-ayat al-Qur’an), maka jawaban ibu tersebut adalah “Tidak ada satu lafadz pun dari ucapan
kita kecuali dicatat oleh Roqib dan Atid “.
Cukup familiar mungkin sepenggal kalimat yang merupakan
jawaban dari ibu tersebut, karena dari guru/ustadz kita dahulu sering
menasehati kita dan mengingatkan akan pentingnya menjaga lisan bahwa setiap lafadz
atau setiap kata yang keluar dari lisan kita akan dicatat oleh malaikat Roqib
(malaikat yang mencatat amalan baik) dan Atid (malaikat yang mencatat
amalan buruk). Karena perkataan juga termasuk amalan di dunia dan kelak
diakhirat semua amalan tersebut akan di minta pertanggung jawaban dihadapan
Alloh SWT.
Sebagai pengingat dan nasihat, Ibnu Mas’ud merupakan salah satu sahabat Rasulullah saw pernah
memberi nasihat “Lidahmu adalah
pedang yang tajam yang akan memotong dirimu terlebih dahulu, dan ucapanmu
adalah panah yang menembus dan akan kembali menimpamu, karena itu hematlah
dalam berbicara, serta jauhilah apa-apa yang melukai hati orang lain.”
Ikatlah
lidah kita kecuali untuk menyatakan kebenaran, memadamkan kebathilan,
menyebarkan hikmah atau menyebut nikmat Allah SWT. Apabila kita bergaul dengan orang bodoh maka banyaklah diam, demikian pula saat
bergaul dengan orang ‘alim. Diam kita kepada orang bodoh akan menambah tingkat kesabaran kita, dan diam kita kepada orang ‘alim akan menambah wawasan keilmuan kita .
Abu Darda’ berkata “Perlakukanlah kedua telingamu dengan proporsional dibanding dengan mulutmu. Karena sesungguhnya Allah SWT menciptakan satu mulut dan dua
telinga agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara”. Semoga beberapa nasihat tersebut bisa menjadi pengingat
kita. Semoga senantiasa Alloh SWT selalu menjaga setiap perkatan yang keluar
dari lisan kita tak terkecuali adalah perkataan-perkataan hikmah dan
bermanfa’at dalam kehidupan sehari-hari kita. Wallahu
musta’aan, Wallahu a’alamu bis showab.
Terakhir mari kita coba renungkan nasihat dari Imam
Syafi’i, semoga kita semakin tersadarkan akan esensi dari penggunaan lisan;
اِحفظْ لِسَانَكَ أَيُّهَا الْإِنْسَان # لَا يَلْدَغَنَّكَ
إِنَّهُ ثُعْبَان
كَمْ فِي المقابر
منْ قَتِيْل لِسَانِه # كَانَتْ تَهَابُ لِقَاءَهُ الْأَقْرَان
Wahai Manusia jagalah lisanmu #
Jangan sekali-kali ia menggigitmu, sesungguhnya ia adalah ular
Betapa banyak kuburan yang penuh dengan manusia yang tewas akibat lisannya
#
Yang dimasa hidupnya orang-orang takut berjumpa dengannya
(Imam Syafi’i)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar